Serangga Remote Control (Bagian 1)
Faktanya, para ilmuwan Singapura tersebut telah berhasil memasang sebuah “ransel” pengendali di punggung serangga percobaan mereka dan menghubungkannya dengan antena serangga tersebut. Komputer itu lalu mengalirkan arus listrik dengan cara tertentu ke antena serangga untuk memerintahkannya terbang, berbelok, atau berhenti. Dengan dua buah baterai koin saja (semacam baterai yang digunakan pada jam tangan), mereka dapat mengendalikan serangga itu selama 8 jam.
Untuk apa para ilmuwan tersebut mengembangkan teknologi seperti ini? Menurut Profesor Hirotaka Sato, mereka melakukannya untuk mempermudah penanggulangan bencana. Serangga mudah dikembangbiakkan, ransel pengendali yang dibuat para ilmuwan ini pun dapat dibuat secara massal. Di masa depan, kita mungkin dapat menyiapkan sekumpulan serangga yang dilengkapi dengan alat untuk mengenali keadaan tertentu di sekelilingnya dan mengirimkan informasi tersebut ke pusat kendali. Dengan demikian, serangga tersebut dapat dilepaskan dalam jumlah banyak untuk mencapai tempat-tempat yang sulit dicapai oleh manusia atau hewan pencari, misalnya runtuhan bangunan; dan menjangkau tempat yang luas dalam waktu singkat.
Pasukan serangga ... maju ... terbang! (Foto oleh Mitsuhiko Imamori dari Minden)
Selain terus mengembangkan teknologi pengendalian serangga, para ilmuwan itu juga sedang mencari cara untuk menghasilkan tenaga tambahan bagi ransel mesin tersebut sehingga serangga dapat dikendalikan lebih lama. Dengan panel surya? Tidak, karena memerlukan ruang yang luas dan cukup berat. Dengan baterai tambahan? Tidak, karena juga cukup berat dan pada akhirnya akan habis juga. Lagi-lagi, mereka memiliki gagasan yang cerdas: memanfaatkan sari makanan di dalam tubuh serangga sebagai sumber energi kimiawi untuk menghasilkan listrik. Mengubah energi kimiawi menjadi energi listrik? Ya. Bukankah itu prinsip kerja baterai? Betul. Tunggu, itu berarti ... mereka ingin menggunakan sari makanan serangga itu sendiri sebagai baterai? Tepat sekali! Dengan begitu, “baterai” itu akan terisi ulang setiap kali serangga tersebut makan. Luar biasa!
Alat pengendali hewan ternyata tidak hanya ada di film kartun dan fiksi ilmiah! (Foto dari Nanyang Technological University)
Jadi, jika saat ini kepolisian memiliki unit satwa K9, sedangkan BASARNAS memiliki SAR Dog, yang kedua-duanya beranggotakan anjing pelacak, suatu hari mereka mungkin akan memiliki serangga pelacak juga. Semoga saja teknologi seperti ini tidak jatuh ke tangan yang salah, ya? Hiii ....

